Contoh Studi Kasus Kepemimpinan Model Ohio State, Leadership Continuum/Consideration, Likerts Management System
TUGAS:
Perhatikan studi kasus tentang perbedaan dan ciri kepemimpinan model yang digambarkan dengan dua manajer dalam melakukan fungsi kepemimpinan pada suatu organisasi:
Perilaku Pak Bonar
Pak Bonar adalah seorang direktur suatu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang terkenal baik terhadap pegawainya. Beberapa fasilitas olahraga dan kegiatan sosial contohnya piknik disediakan untuk para pegawainya. Pak Bonar juga selalu membantu pegawainya yang merasa kesulitan, dan selalu menemui pegawai – pegawainya hanya untuk sekedar menanyakan hobi dan kabar keluarga mereka. Hingga Pak Bonar hampir mengenal semua nama – nama pegawainya. Namun, di bawah kepemimpinan Pak Bonar BUMN tersebut mempunyai rekor biaya dan tingkat produksi yang buruk karena terlalu ‘memanjakan’ pegawainya sehingga Pak Bonar pun untuk menanyakan masalah pengembangan rencana – rencana memperbaiki produktivitas dan kualitas produk bersama bawahannya enggan ditanyai sehingga terlihat Pak Bonar tidak memiliki tujuan pencapaian untuk organisasinya.
Perilaku Pak Biner
Pak Biner selaku pengganti Pak Bonar, memiliki sifat yang tegas. Pak Biner percaya pemimpin yang lemah tidak akan dihormati oleh para pegawai. Sehingga Pak Biner merubah semua aturan – aturan sebelumnya dan memantau dengan ketat kinerja pegawai – pegawainya. Pak Biner akan mengeluarkan pegawai yang tidak ada keinginan untuk bekerja, pegawai yang tidak memiliki perubahan ke arah yang lebih baik akan dipecat, dan Pak Biner juga menuntut para karyawannya untuk melapor terlebih dahulu sebelum bertindak karena Pak Biner takut pegawainya akan menyimpang dan merusak rencana dan kebijakan – kebijakan yang telah ditetapkannya.
Tentukan model dan perbedaan gaya kepemimpinan Pak Bonar dan Pak Biner berdasarkan uraian di atas!
JAWABAN:
Gaya Kepemimpinan Model Ohio State
Berdasarkan studi kepemimpinan Ohio State. Pada kasus Pak Bonar dan Pak Biner dapat kita lihat perbedaan dua perilaku kepemimpinannya sebagai berikut :
- Pak Bonar menggunakan perilaku pemimpin Consideration yaitu perilaku kepemimpinan yang memusatkan perhatiannya kepada bawahan. Hal ini dapat terlihat dari perilaku Pak Bonar yang ramah dan sangat perhatian terhadap bawahannya seperti mengunjungi para pegawai, memberi fasilitas olahraga dan mengajak para pegawainya piknik.
- Sedangkan Pak Biner menggunakan kategori Initiating Structur dimana perilaku kepemimpinan Pak Biner berfokus pada hasil produksi dan kinerja. Hal ini terlihat pada sifat Pak Biner yang tegas terhadap bawahannya. Ia tidak segan – segan menegur bahkan memberhentikan bawahannya yang mempunyai kinerja yang tidak bagus.
Gaya Kepemimpinan Model Leadership Continuum
Untuk orientasi kepemimpinan dalam model Leadership Continuum :
- Untuk model hubungan kepemimpinan dengan bawahan dalam rangka pembuatan keputusan Pak Bonar lebih kepada point 6 yang ditulis “Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
Model ini terletak pada titik ekstrim penggunaan kebebasan bawahan”. Karena dalam kasusnya Pak Bonar benar – benar membebaskan para karyawannya, bahkan tidak ada kegiatan mengambil keputusan dalam organisasinya untuk mencapai tujuan organisasi, yang ada hanya mendengarkan keluh kesah para pegawainya saja sehingga dibuatkannya fasilitas olahraga dan diadakannya kegiatan piknik kantor tanpa ada pemikiran untuk mengejar tujuan organisasinya kearah yang lebih baik. - Untuk model hubungan kepemimpinan dengan bawahan dalam rangka pembuatan keputusan Pak Biner lebih kepada point 1 yang ditulis “Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan kepada bawahan (selling). Dalam hal ini, pemimpin masih terlihat banyak menggunakan otoritasnya. Bawahan belum banyak terlibat dalam pengambilan keputusan."
Dalam kasus Pak Biner yang tegas dan ketat terhadap bawahannya model ini memang pas untuk Pak Biner. Karena Pak Biner tidak memberi kesempatan untuk para pegawainya berpendapat, bahkan tindakan – tindakan pegawaipun harus dilaporkan terlebih dahulu kepadanya agar pegawai tersebut tidak menyalahi aturannya.
Gaya Kepemimpinan Model Likerts Management System
Lalu untuk model Likerts Management Sistem :
- Untuk Likerts Management Sistem yang tepat untuk Pak Bonar adalah Sistem IV yang dalam sistem ini, hubungan kerja sama antara pimpinan dan bawahan terjadi dalam suasana saling percaya dan mempercayai, penuh persahabatan, dan mengambil keputusan setelah dilakukannya saran atau pendapat dari para bawahannya. Pak Bonar dapat disebut juga sebagai Participative Management.
- Untuk Likerts Management Sistem yang tepat untuk Pak Biner adalah Sistem I yang dalam sistem ini ditandai dengan kurangnya kepercayaan terhadap bawahannya, bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas –tugas yang telah ditentukan akan diberikan ancaman bahkan hukuman. Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas, keputusan bawahan sudah ditentukan oleh pemimpin, dan memerintahkan bawahannya untuk selalu melaksanakan keputusannya. Pak Biner dapat disebut juga sebagai Explosive.
TEORI ATRIBUSI
Teori ini dikembangkan oleh Conger dan Kanungo dan didasarkan atas asumsi bahwa karisma adalah sebuah fenomena atribusi (attributional phenomenon). Teori atribusi ini juga berkenaan dengan studi kasus Pak Bonar dan Pak Biner, berkaitan dengan kharisma kedua gaya kepemimpinan manajer tersebut.
Berikut pencapaian keberhasilan seorang pemimpin yang efektif menurut teori atribusi:
- Karisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang bertindak tidak konvensional dalam mencapai visi tersebut. Metode – metode pemimpin karismatik akan berbeda dengan cara – cara konvensional sehingga dapat memberikan kesan kepada para pengikut bahwa pemimpin tersebut adalah orang yang luar biasa.
- Penggunaan strategi – strategi yang inovatif akan menghasilkan atribusi tentang keahlian superior pemimpin. Pemimpin karismatik sanggup mengambil risiko dan melakukan pengorbanan – pengorbanan demi pencapaian visi.
- Lalu kepercayaan, kepercayaan merupakan komponen yang penting dari karisma. Para pengikut akan memiliki rasa kepercayaan yang tinggi, bila pemimpin tersebut mendukung suatu strategi dengan cara merefleksikan perhatiannya kepada para pengikut dan secara aktual sanggup mengambil risiko. Demikian pula, para pemimpin yang mempunyai rasa percaya diri terhadap ide – idenya dapat dipandang sebagai karismatik.
- Para pengikut akan mengatribusikan karisma kepada para pemimpin yang menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk memperoleh komitmen terhadap suatu visi yang baru.
Conger juga menjelaskan proses – proses yang mempengaruhi kepemimpinan yang karismatik, meliputi:
- Identifikasi Pribadi
Pemimpin karismatik dipandang sebagai pemimpin yang luar biasa karena wawasan strategiknya, pendiriannya yang kuat, rasa percaya diri, perilaku yang tidak konvensional, dan energi yang dinamis sehingga para pengikut memujanya dan ingin seperti pemimpin tersebut. Pengakuan tersebut diekspresikan melalui pujian dan pengakuan keberhasilan pengikut sehingga dapat membentuk rasa percaya diri pengikut dan menjadikan pengikut memiliki perasaan yang mendalam karena dapat memenuhi harapan pemimpin. - Internalisasi
Internalisasi adalah sebuah proses mempengaruhi dengan cara memasukkan nilai – nilai sebagai pedoman dasar perilaku. Seorang pemimpin karismatik yang menekankan visi inspirasional yang relevan dengan kebutuhan dan aspirasi pengikut dapat mempengaruhi pengikut untuk menginternalisasi sikap dan keyakinan tersebut, kemudian akan bertindak sebagai sumber motivasi intrinsik dalam rangka pelaksanaan misi organisasi. Oleh karena itu, pemimpin karismatik harus peka terhadap kebutuhan – kebutuhan dan nilai – nilai para pengikut serta peka terhadap lingkungannya agar dapat mengidentifikasi sebuah visi yang inovatif, relevan, tepat waktu, dan menarik.
Sumber:
BMP ADPU 4334 Universitas Terbuka
No comments :
Post a Comment
Leave A Comment...