Pengertian Kelompok Sosial dan Jenis-jenis Konflik Pada Kelompok Sosial



PENGERTIAN KELOMPOK SOSIAL


Kelompok sosial merupakan suatu himpunan manusia dalam jumlah tertentu, yang di antara anggotanya terjadi interaksi sosial, untuk jangka waktu tertentu, sehingga di dalam proses interaksi antaranggota itu muncul pola interaksi sosial tertentu, muncul perasaan sebagai bagian dari kelompok maupun adanya tatanan dan aturan atau norma yang mengatur perilaku anggota kelompok serta tumbuhnya identitas kelompok yang disadari dan diakui secara bersama oleh anggota kelompok itu.

Dalam berbagai organisasi, interaksi antaranggotanya sangat dipengaruhi oleh adanya berbagai kelompok sosial yang ada ddalam organisasi itu, ada perasaan sebagai bagian dari in-group maupun out-group. Jika dicermati secara seksama, dalam organisasi juga ditemukan kelompok primer maupun sekunder.

Sebagaimana halnya in group dan out-group serta kelompok primer dan sekunder, dalam organisasi akan sangat jelas dapat dilihat suatu interaksi sosial yang menggambarkan adanya karakteristik kelompok formal dan informal.

PENGARUH KEANGGOTAAN KELOMPOK SOSIAL KEPADA INDIVIDU


Kelompok-kelompok sosial yang disebutkan di atas, sangat mempengaruhi interaksi sosial antaranggota organisasi. Menurut Carroll dan Tosi (1977), terdapat beberapa pengaruh dari keanggotaan seseorang pada suatu kelompok di dalam suatu organisasi. Pengaruh tersebut diantaranya adalah:
  • Dukungan individual
  • Sikap anggota kelompok
  • Kepuasan kerja
  • Ketidakhadiran dan perpindahan dalam kerja
  • Sikap tolong menolong
  • Ketegangan dan Kegelisahan
  • Perkembangan Individual


JENIS KONFLIK YANG ADA PADA KELOMPOK SOSIAL


Suatu konflik atau masalah dapat terjadi antar kelompok maupun dalam kelompok itu sendiri yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberadaan organisasi. Konflik dalam hal ini dapat dibedakan menjadi konflik peran dan konflik antarkelompok.

KONFLIK PERAN MENURUT JAMES H DONELLY


James H Donelly (1984: 221) menjelaskan tentang beberapa bentuk konflik peran yang dapat terjadi dalam sebuah organisasi atau kelompok-kelompok sosial lainnya. Konflik peran tersebut, dibagi menjadi dua yaitu: konflik peran sendiri (person role conflict) dan konflik intra peran (intrarole conflict).

KONFLIK ANTAR KELOMPOK SOSIAL


Konflik antarkelompok berhubungan dengan tingkat pencapaian kinerja organisasi. Tingkat konflik antarkelompok pada titik optimum memberi dampak tertinggi atas kinerja organisasi, kemudian terus menurun tingkat kerjanya pada saat tingkat konfliknya antarkelompok semakin tinggi.

Hubungan antara tingkat kinerja organisasi dengan tingkat konflik antarkelompok menghasilkan tiga macam situasi:

Level Situasi I dalam Konflik Kelompok Sosial

Adalah situasi dimana tingkat konflik antar kelompok sangat rendah atau bahkan hampir tidak ada konflik sama sekali. Karakteristik organisasi dalam situasi ini ditandai oleh tingkat penyesuaian diri yang lambat terhadap perubahan lingkungan, sangat sedikit tantangan dan stimulasi terhadap gagasan. Anggota organisasi cenderung apatis, karena apa yang dilakukan tetap pada posisi status quo, tidak memberi perubahan apapun.

Akibat selanjutnya, organisasi mengalami stagnasi. Jika kondisi ini berlanjut, akan dapat menjadi ancaman potensial bagi kelangsungan hidup organisasi. Secara umum kondisi ini mengganggu atau disfungsi kepada pencapaian tingkat kinerja organisasi yang tinggi.

Level Situasi II dalam Konflik Kelompok Sosial

Tingkat konflik antarkelompok mencapai tingkat optimal. Karakteristik organisasi pada fase ini ditandai oleh adanya dinamika yang menuju ke arah positif menuju tujuan organisasi dan inovatif dan perubahan mudah diintrodusir, pencarian pemecahan persoalan dilakukan melalu pengembangan kreativitas dan penyesuaian yang cepat terhadap perubahan lingkungan. Secara umum, pada situasi ini dampaknya terhadap kinerja organisasi cukup positif, bermanfaat atau fungsional terhadap pencapaian tingkat kinerja organisasi yang tinggi.

Level Situasi III dalam Konflik Kelompok Sosial

Tingkat konflik makin tinggi. Karakteristik organisasi pada fase ini ditandai oleh kenyataan bahwa konflik mulai dirasakan mengganggu pelaksanaan aktivitas organisasi. Dalam banyak hal terjadi campur aduk dan tumpang tindih dengan kegiatan sehingga sangat mengganggu aktivitas organisasi. Koordinasi sukar dilakukan karena resistensi masing-masing kelompok cukup kuat. Sebagai hasilnya, kondisi penuh kekacauan sangat mendominasi hubungan sosial dalam organisasi. Jika kondisi ini berlanjut, akan dapat menjadi potensial bagi kelangsungan hidup organisasi. Secara umum, kondisi ini mengganggu atau terjadi disfungsi terhadap pencapaian tingkat kinerja organisasi yang tinggi.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK DALAM KELOMPOK SOSIAL


Ada berbagai faktor yang mempengaruhi konflik antar kelompok sosial yang dapat diidentifikasi mempengaruhi terjadinya konflik antarkelompok, yang menghasilkan sesuatu yang tidak produktif, antara lain sebagai berikut:
  • Perebutan sumber-sumber
  • Perbedaan status dalam kegiata/kerja
  • Perbedaan tujuan dan persepsi
  • Saling ketergantungan


Dalam situasi antar kelompok saling tergantung ini, konflik akan sangat mudah terjadi. Secara umum, saling ketergantungan ini dapat dibedakan menjadi:
  • Ketergantungan yang dipusatkan (pooled interdependence)
  • Ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence)
  • Ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)


Demikian materi mengenai konflik-konflik dalam kelompok sosial yang marak terjadi pada bingkai jalannya suatu organisasi. Semoga ulasan ini dapat bermanfaat. Selamat belajar!